Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik,
di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan
biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang
ada di Rockefeller Center di 5th Avenue New York AS.
Menurut sebuah legenda, ada seorang pendeta Inggris bernama
St. Boniface yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis.
Suatu hari dalam perjalanannya dia bertemu dengan sekelompok orang
yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah
pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib
St. Boniface merobohkan pohon oak tsb dengan pukulan tangannya.
Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon oak yang
roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.
Sedangkan sejarah pohon natal yang banyak disepakati itu sendiri
dimulai dari Jerman. Konon Bangsa Jerman kuno memiliki kebiasaan
memasang batang pohon (lengkap dengan cabang-cabang dan daun-daunnya)
di tempat tinggal mereka untuk mengusir 'bad spirit', dan sebagai
simbol agar musim semi cepat tiba. Kebiasaan ini telah dimiliki pada
zaman dahulu bahkan sebelum kitab-kitab suci dibawa oleh para nabi.
Pada saat kristen menyebar di Jerman, gereja tidak menyukai kebiasaan
tersebut dan melarangnya. Sekitar abad ke-12, seorang pemilik bakery
memiliki ide untuk menaruh batang pohon tersebut dalam keadaan
terbalik dan hal ini disetujui oleh gereja katolik.
Setelah protestan muncul, Martin Luther King mempopulerkan dengan
posisi natural seperti pohon pada umumnya dan dihiasi dengan lilin
lilin untuk menunjukkan pada anak-anaknya bagaimana bintang-bintang
berkilauan di langit yang kelam. Ia begitu terkesan akan keindahan
suasana Natal dan bertaburannya bintang diatas pohon cemara disekitar
rumahnya, sehingga ia berusaha untuk mengalihkan suasana Natal ini ke
dlm rumahnya dgn cara mendekorasi pohon cemara tsb menjadi pohon Natal.
Dan seiring dengan waktu, pohon natal pun didekorasi dengan hiasan-
hiasan menarik seperti lampu-lampu, angel, bahkan cokelat dan apel.
Pertama kali pohon Natal tercantum secara tertulis di Elsas pada th
1520 sedangkan lukisan tertua yg menggambarkan pohon natal dihias
berasal dari th 1579. Baru di th 1850 pohon Natal itu merambat
menjadi tradisi di seluruh dunia.
Secara tradisional, pohon natal di Jerman dipasang dan dihias pada
tanggal 24 Desember saat malam natal, hingga setelah dua belas hari
yakni tanggal 6 Januari.
Pohon natal pertama di Inggris datang karena raja Georgian yang
berasal dari Jerman. Pada saat itu rakyat Inggris kurang bersimpati
pada monarki Jerman sehingga trend tersebut tidak merakyat di
kalangan mereka.
Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika,
mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk
dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di
Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama
kalinya pada tahun 1830-an. Tetapi ada juga pendapat yang menyatakan
bahwa kebiasaan memasang pohon natal pertama kali di Amerika
dipopulerkan oleh tentara Jerman Hessian.
Pada tahun 1846 ratu Victoria dan pangeran Jermannya, Albert
digambarkan oleh London News berdiri beserta kedua anak mereka
mengelilingi pohon natal. Karena ratu Victoria sangat populer di hati
rakyat, segeralah pohon natal menjadi trend di kalangan rakyat
Inggeris bahkan menyebar hingga ke pantai timur Amerika.
Pohon natal pertama di Amerika konon bermula di Pennsylvania yang
dipopulerkan oleh pendatang yang berasal dari Jerman.
Jenis-jenis pohon natal yang biasa digunakan di Eropa:
Silver Fir : Abies alba (the original species)
Nordman Fir : Abies nordmanniana
Noble Fir : Abies procera
Norway spruce Picea abies (the cheapest)
Serbian spruce : Picea omorika
Scots Pine: Pinus sylvestris
Jenis-jenis pohon natal yang biasa digunakan di Amerika :
Balsam Fir : Abies balsamea
Fraser Fir : Abies fraseri
Grand Fir : Abies grandis
Noble Fir : Abies procera
Red Fir : Abies magnifica
Douglas Fir :Pseudotsuga menziesii
Scots Pine: Pinus sylvestris
Stone Pine : Pinus pinea
Pohon Natal itu sendiri bukanlah suatu keharusan di gereja maupun di
rumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita
selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain
"evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan
"hidup kekal",
sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya,
kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya. Esensi filosofi itulah yang
diambil oleh Martin Luther saat melihat pohon cemara di tengah musim
salju.
Filosofi inilah yang diabaikan oleh beberapa aliran kristen
fundamentalis yang melarang pohon natal di gereja mereka. Hal ini
disebabkan mereka selalu menggunakan dasar tertulis alkitabiah.
Bila tidak ada di Alkitab maka haram bagi mereka, termasuk ucapan
selamat idul fitri atau ucapan yang tidak kristiani lainnya.
Padahal tidak selamanya yang tidak tertulis di Alkitab itu haram.
Bukankah orang dinilai tidak dari penampilan luarnya, tapi dari
hatinya.
Hingga saat ini, perayaan Natal yang identik dengan pohon natal tak
bisa dilepaskan dalam perayaan untuk menyambut hari Kelahiran Tuhan
Yesus. Namun pohon natal hanya lah sebagai symbol, jangan sampai
hanya karena pohon natal saja kita tidak merenungi dan menghayati
arti dari natal itu sendiri. Dan janganlah pohon natal dijadikan
alat untuk saling beradu sombong karena ada anggapan bahwa gereja
yang menggunakan pohon natal yang bagus akan mendapat pujian dari
para jemaatnya.
Indonesia, mengikuti budaya ini akibat import dari Zaman penjajahan
Belanda dan warisan para missionary dari luar Indonesia yg menginjil
ke Indonesia.
Jadi, Pohon Natal itu hanyalah hiasan untuk menyemarakkan Natal.
di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan
biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang
ada di Rockefeller Center di 5th Avenue New York AS.
Menurut sebuah legenda, ada seorang pendeta Inggris bernama
St. Boniface yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis.
Suatu hari dalam perjalanannya dia bertemu dengan sekelompok orang
yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah
pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib
St. Boniface merobohkan pohon oak tsb dengan pukulan tangannya.
Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon oak yang
roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.
Sedangkan sejarah pohon natal yang banyak disepakati itu sendiri
dimulai dari Jerman. Konon Bangsa Jerman kuno memiliki kebiasaan
memasang batang pohon (lengkap dengan cabang-cabang dan daun-daunnya)
di tempat tinggal mereka untuk mengusir 'bad spirit', dan sebagai
simbol agar musim semi cepat tiba. Kebiasaan ini telah dimiliki pada
zaman dahulu bahkan sebelum kitab-kitab suci dibawa oleh para nabi.
Pada saat kristen menyebar di Jerman, gereja tidak menyukai kebiasaan
tersebut dan melarangnya. Sekitar abad ke-12, seorang pemilik bakery
memiliki ide untuk menaruh batang pohon tersebut dalam keadaan
terbalik dan hal ini disetujui oleh gereja katolik.
Setelah protestan muncul, Martin Luther King mempopulerkan dengan
posisi natural seperti pohon pada umumnya dan dihiasi dengan lilin
lilin untuk menunjukkan pada anak-anaknya bagaimana bintang-bintang
berkilauan di langit yang kelam. Ia begitu terkesan akan keindahan
suasana Natal dan bertaburannya bintang diatas pohon cemara disekitar
rumahnya, sehingga ia berusaha untuk mengalihkan suasana Natal ini ke
dlm rumahnya dgn cara mendekorasi pohon cemara tsb menjadi pohon Natal.
Dan seiring dengan waktu, pohon natal pun didekorasi dengan hiasan-
hiasan menarik seperti lampu-lampu, angel, bahkan cokelat dan apel.
Pertama kali pohon Natal tercantum secara tertulis di Elsas pada th
1520 sedangkan lukisan tertua yg menggambarkan pohon natal dihias
berasal dari th 1579. Baru di th 1850 pohon Natal itu merambat
menjadi tradisi di seluruh dunia.
Secara tradisional, pohon natal di Jerman dipasang dan dihias pada
tanggal 24 Desember saat malam natal, hingga setelah dua belas hari
yakni tanggal 6 Januari.
Pohon natal pertama di Inggris datang karena raja Georgian yang
berasal dari Jerman. Pada saat itu rakyat Inggris kurang bersimpati
pada monarki Jerman sehingga trend tersebut tidak merakyat di
kalangan mereka.
Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika,
mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk
dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di
Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama
kalinya pada tahun 1830-an. Tetapi ada juga pendapat yang menyatakan
bahwa kebiasaan memasang pohon natal pertama kali di Amerika
dipopulerkan oleh tentara Jerman Hessian.
Pada tahun 1846 ratu Victoria dan pangeran Jermannya, Albert
digambarkan oleh London News berdiri beserta kedua anak mereka
mengelilingi pohon natal. Karena ratu Victoria sangat populer di hati
rakyat, segeralah pohon natal menjadi trend di kalangan rakyat
Inggeris bahkan menyebar hingga ke pantai timur Amerika.
Pohon natal pertama di Amerika konon bermula di Pennsylvania yang
dipopulerkan oleh pendatang yang berasal dari Jerman.
Jenis-jenis pohon natal yang biasa digunakan di Eropa:
Silver Fir : Abies alba (the original species)
Nordman Fir : Abies nordmanniana
Noble Fir : Abies procera
Norway spruce Picea abies (the cheapest)
Serbian spruce : Picea omorika
Scots Pine: Pinus sylvestris
Jenis-jenis pohon natal yang biasa digunakan di Amerika :
Balsam Fir : Abies balsamea
Fraser Fir : Abies fraseri
Grand Fir : Abies grandis
Noble Fir : Abies procera
Red Fir : Abies magnifica
Douglas Fir :Pseudotsuga menziesii
Scots Pine: Pinus sylvestris
Stone Pine : Pinus pinea
Pohon Natal itu sendiri bukanlah suatu keharusan di gereja maupun di
rumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita
selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain
"evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan
"hidup kekal",
sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya,
kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya. Esensi filosofi itulah yang
diambil oleh Martin Luther saat melihat pohon cemara di tengah musim
salju.
Filosofi inilah yang diabaikan oleh beberapa aliran kristen
fundamentalis yang melarang pohon natal di gereja mereka. Hal ini
disebabkan mereka selalu menggunakan dasar tertulis alkitabiah.
Bila tidak ada di Alkitab maka haram bagi mereka, termasuk ucapan
selamat idul fitri atau ucapan yang tidak kristiani lainnya.
Padahal tidak selamanya yang tidak tertulis di Alkitab itu haram.
Bukankah orang dinilai tidak dari penampilan luarnya, tapi dari
hatinya.
Hingga saat ini, perayaan Natal yang identik dengan pohon natal tak
bisa dilepaskan dalam perayaan untuk menyambut hari Kelahiran Tuhan
Yesus. Namun pohon natal hanya lah sebagai symbol, jangan sampai
hanya karena pohon natal saja kita tidak merenungi dan menghayati
arti dari natal itu sendiri. Dan janganlah pohon natal dijadikan
alat untuk saling beradu sombong karena ada anggapan bahwa gereja
yang menggunakan pohon natal yang bagus akan mendapat pujian dari
para jemaatnya.
Indonesia, mengikuti budaya ini akibat import dari Zaman penjajahan
Belanda dan warisan para missionary dari luar Indonesia yg menginjil
ke Indonesia.
Jadi, Pohon Natal itu hanyalah hiasan untuk menyemarakkan Natal.