Holianto
HARI TERAKHIR
Ya Tuhan , ajarlah kami menghitung hari2 kami sedemikian, hingga
kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm 90:12) - Prophet Moses

Renungan yang diambil dari buku THE POWER of HOPE – Paulus Winarto
Saya teringat kisah saat saya berbincang-bincang dengan salah
seorang pengusaha kaya raya di negeri ini. Ketika perbincangan
sudah sampai ke tahap “ dari hati ke hati”, saya beranikan diri
untuk bertanya hal yang lebih pribadi. “ Pak , mohon maaf , kalau
saya boleh tahu adakah hal yang masih ingin Bapak wujudkan dalam
hidup ini ?”

Sambil tersenyum ia berkata , “ Beberapa tahun ke depan saya akan
mulai menyerahkan sebagian kepemimpinan perusahaan kepada anak anak
saya dan para professional. Setelah itu, saya akan pensiun, menikmati
hidup, dan lebih aktif dalam kegiatan social. Selain itu , saya
kepengen bisa travelling kekota kota kecil. Kan orang dikota kecil
lebih ramah, lebih baik, dan jauh dari stress”

Ketika perbincangan semakin dalam, saya beranikan juga diri saya
untuk bertanya tentang apakah ada penyesalan dalam hidupnya.
Sejenak ia terdiam lalu dengan mata berkaca-kaca ia berujar,
“ Ada satu hal yang sangat saya sesali sampai hari ini, yaitu saya
belum sempat membawa ibu saya jalan-jalan kenegeri China . Itu
adalah impian ibu saya dan sebagai anak yang telah mapan secara
ekonomi saya pengen sekali bisa membahagiakan ibu dengan mewujudkan
impiannya itu.

Tahun demi tahun berlalu dan sesungguhnya saya punya dana serta
kesempatan untuk melakukan itu. Hanya saja, waktu itu saya
menyepelekan rencana ini. Saya pikir , nanti saja kalau kerjaan saya
sudah beres. Ternyata saya terlalu asyik bekerja sehingga ibu saya
keburu dipanggil pulang Yang Mahakuasa ”

Dari kisah sederhana ini, kita juga boleh belajar satu hal penting.
Memang benar, tip untuk menjadi lebih berbahagia adalah dengan
menganggap hari ini adalah hari terakhir hidup kita didunia.

Namun, disisi lain , saya kira juga benar bahwa dengan menganggap
hari ini sebagai hari terakhir, kita punya kesempatan untuk
menunjukkan kasih kita kepada orang-orang yang dekat dihati kita.

Saya ingat seorang wanita karier yang kabarnya hingga hari ini masih
mengalami stress berat lantaran selalu menolak permintaan anaknya
untuk dimandikan. Ceritanya , selama beberapa waktu, setiap pagi
sebelum sang ibu berangkat ke kantor, anaknya yang masih kecil itu
meminta sang ibu untuk memandikannya. Setiap kali permintaan itu
dilontarkan, selalu terdengar jawaban yang sama, “Mama kan sibuk,
Mama harus kerja keras untuk cari uang agar kamu bisa dapat makanan
rumah, mainan, sekolah, dan segalanya yang terbaik. Mama kan sudah
sewa dua pembantu khusus untuk mengurus kamu. Jadi ngapain Mama
harus mandiin kamu ?”

Meskipun “lagu” yang didendangkan sang ibu selalu sama, sang anak
tetap tidak berubah pendirian. Ia tetap minta dimandikan. Ini
terjadi selama berhari-hari dan sang ibu tetap tidak juga mau
memandikannya.

Suatu hari anak ini terkena demam berdarah dan beberapa waktu
kemudian meninggal. Kali ini, dengan berlinang air mata ,sang ibu
memandikan – bukan lagi anaknya – melainkan jenazah anaknya.
Oh , betapa menyedihkan ! Benar kata orang bijak bahwa hal-hal
kecil lah yang kerap membuat penyesalan terbesar di hati kita.

Beberapa jam lalu – sebelum saya menulis artikel ini – putri kami,
Priscilla , tampak gelisah. Ini biasa ia alami menjelang jam tidur.
Ia bolak balik dikasur. Ketika saya beranjak keluar dari kamarnya,
ia menangis. Rupanya ia meminta saya me-nina bobo- kannya. Saya dan
istri kemudian memainkan peranan itu. Kami sama-sama mem-pok-pok
( menepuk-nepuk secara lembut punggungnya) dan ia pun tertidur lelap.
Sungguh sukacita besar bagi kami, orangtua , melihat anak kami bisa
tidur nyenyak. Memandang dadanya yang naik turun saat bernapas
membuat kami terkadang sangat terharu sekaligus sukacita.

Benar kata seorang sahabat yang kebetulan seorang pastor,
“Tujuan pernikahan adalah kebahagian dan Tuhan menyempurnakan itu
dengan kehadiran anak “

Terimakasih, Tuhan Terus terang mata saya berkaca-kaca ketika
menulis artikel ini. Namun, saya ingin sekali mengajak kita semua
merenungkan lebih jauh arti hari terakhir.

Tidak ada yang pernah tahu kapan kita akan dipanggil. Tidak ada juga
yang tahu kapan orang-orang yang kita kasihi akan dipanggil.

Seorang sahabat yang juga pengusaha pernah berkomentar,” Setiap hari
kita diberi kesempatan untuk mengasihi dan juga dikasihi.
Itu satu paket ! Pada saat kita mengasihi, kita pun dikasihi.

Terkadang karena rutinitas dan kesibukan sendiri , kita jadi lupa
sehingga menganggap semuanya biasa biasa saja.” Memang , kadang
kita baru betul-betul merasa kehilangan ketika semuanya itu telah
pergi untuk selamanya.

Saya sendiri terkadang masih merasa menyesal karena sering menolak
menolong nenek saya. Sebagai anak yang dibesarkan oleh kakek dan
nenek, saya terkadang suka nakal dan manja. Ketika duduk dibangku
sekolah dasar , nenek yang saya kasih agak sulit berjalan.
Terkadang ia meminta bantuan saya untuk menggandengnya saat berjalan.
Namun , harus jujur saya akui, terkadang saya menghindar ketika ia
meminta uluran tangan saya. Penyesalan itu masih ada hingga detik
ini, namun saya juga sadar bahwa saya tidak bisa kembali ke masa
lalu. Nenek pun sudah berpulang saat saya duduk dibangku SMP.

Seorang bijak pernah berkata,” Salah satu cara terbaik menunjukkan
kasih kita kepada mereka yang telah tiada adalah dengan mengasihi
orang2 yang masih hidup, khususnya orang-orang yang dekat dihati
kita.” Sebuah nasihat yang amat berharga !

Jadi, selagi masih ada kesempatan, lakukanlah yang terbaik dan
jadilah diri kita yang terbaik karena kita tidak pernah tahu kapan
hari itu akan tiba.

Kasihilah orang-orang yang paling dekat dihati kita seolah-olah
hari ini adalah hari terakhir, entah bagi kita atau bagi mereka.
Toh, tidak ada salahnya menganggap ini adalah hari terakhir jika
kita bisa memperoleh banyak manfaat positif darinya.

Sepuluh aturan menuju hidup yang lebih berbahagia :
1. Berbagi
2. Melakukan kebaikan
3. Selalu mengucap syukur
4. Bekerja penuh semangat
5. Mengunjungi orangtua dan belajar dari pengalaman mereka
6. Memandang lekat lekat wajah seorang bayi dan mengaguminya
7. Sering tertawa – tawa adalah minyak pelumas hidup
8. Berdoa untuk mengetahui jalan Tuhan
9. Membuat rencana seperti Anda akan hidup selamanya –
dan itu pasti
10. Hidup seakan akan hari ini adalah hari terakhir hidup Anda
dimuka bumi
Label: edit post
0 Responses