Holianto
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan
mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya
yang merah dan lembek.
"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak
memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga
Ibu tak bisa menolongmu.

Sakit sekali, aku tahu anakku.
Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam."

Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi.
Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit.

Balutlah pasir itu dengan getah perutmu.
Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan
lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya.
Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang.
Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya.
Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.
Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam
dagingnya.

Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang.
Dan semakin lama mutiaranya semakin besar.
Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh
mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna.

Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah
menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita
bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang
cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa
penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang
biasa" menjadi "kerang luar biasa". Karena itu dapat dipertegas
bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa"
menjadi "orang luar biasa".

So..sahabat mungkin saat ini kamu sedang mengalami penolakan,
kekecewaan, patah hati, atau terluka krn orang2 disekitar kamu..
cobalah utk tetap tersenyum dan katakan didalam hatimu..
"airmataku diperhitungkan TUhan..dan penderitaanku
ini akan mengubah diriku menjadi mutiara-mutiara
Label: edit post
0 Responses